mobilinanews.com
(Jakarta) - Hari Senin 4 Mei 2015, redaksi mobilinanews mendapat email dari
mantan General Manager APM Yamaha Indonesia dan Direktur Roda Dua APM Suzuki
Indonesia Paulus S. Firmanto. Isinya, “... Ngga
sangka pelayanan after sales service Ford jelek banget.”
Keluhan Paulus itu, seperti yang tertulis pada email, cukup membuat prihatin. Pasalnya, tidak mendapat respon seperti layaknya. Bahkan ada kesan tidak seragamnya pelayanan standar dari sebuah perusahaan otomotif asal Amerika itu.
Berikut isi email itu
selengkapnya...
Dear Ford
Indonesia..
Saya
pengguna Ford Fiesta 1.5, saya service di Ford BSD (karena rumah saya di BSD),
tapi tidak dilayani dengan baik.
Saya servis
8000 km dan ada klaim beberapa bagian, tapi mereka sepertinya tidak mau
menanggapi dan cuma mention bahwa
saya harus bayar jasa.
It's OK for
me, tapi saya kecewa dengan respon mereka terhadap klaim saya, justru fokus ke
biaya servisnya, jadi saya tarik.
Akhirnya
saya bawa ke dealer tempat saya beli di Ford Nusantara Bekasi. Good Building,
but I'm amaze that they served customer very bad, ngga ada Queuing System (sistem antri), dan juga Service Advisor-nya
cuma satu di pagi hari (padahal sudah jam 08.32 WIB).
Surprised
sekali saya dengan pelayanan tersebut, dan jika sebelumnya di Ford BSD saya
diinfokan harus bayar sekitar Rp 1,8 juta, ternyata disini cuma suruh bayar
spare parts sekitar 700 ribu (rupiah).
Saya sudah
pernah tulis keluhan via http://nusantara-ford.com/ tapi tidak pernah ada tanggapan. Akhirnya saya pasrah aja.
Tentang keluhan Paulus menyangkut Ford Fiesta-nya itu, coba
mobilinanews sampaikan kepada pihak PT Ford Motor Indonesia. “Kami mohon maaf atas ketidaknyaman ini. Sudah
saya sampaikan kepada kepada pihak terkait dan akan kami tindak lanjuti,” ujar Lea
Kartika Indra selaku Communications Director.
Benar juga, Paulus memberi tahu, PT FMI merespon laporan itu pada Rabu 6 Mei 2015.
Ada telpon dari pihak perwakilan manajemen pusat dari
jaringan dealer Ford Nusantara. Intinya, meminta maaf atas ketidaknyamanan ini,
dan bersedia melakukan janji perbaikan sesuai kesepakatan waktu kedua belah
pihak.
“Dari semua merek mobil yang saya pernah pakai Toyota,
Honda, Peugeot dan Daihatsu, ini pelayanan servis terburuk. Sekarang saya
sifatnya bukan komplen lagi. Tapi masukan saja bagi Ford untuk bersaing tidak cukup
punya produk yang baik, tapi juga harus punya SDM dan sistem pelayanan yang
baik juga. Kalau levelnya sampai tidak merespon keluhan berarti kondisinya
sudah berat banget dan seperti gunung es,” imbuh Paulus.
Saya rasa mereka akan cukup sulit mengadapi ancaman kompetisi yang begitu ketat. Kompetisi yang akan menghukum brand itu sendiri. Bagi saya kalau mobil ini merepotkan tinggal saya jual, selesai,” pungkas pria ramah yang kini beralih profesi sebagai pengusaha dan pemilik waralaba kuliner De Lekker, penulis buku dan beberapa bidang bisnis lain.